Kamis, 02 Februari 2017

Yogyakarta dan kampus


Yogyakarta sebuah provinsi di pulau jawa yang masih kental dengan budaya nenek luhurnya. Budaya jawa yang kental dengan sopan santun dan tatakramanya. Seiring dengan perkembangan zaman jogja berkembang begitu pesat dengan ditandai berdirinya perguruan tinggi swasta di jogja yang menjamur dari perguruan tinggi swasta untuk menengah kebawah sampai perguruan tinggi swasta menengah keatas yang biayanya bisa dibilang sangat mahal. Sampai tahun 2016 tercatat 24 universitas, 46 sekolah tinggi, 6 institut, 9 politehnik, 43 akademi sudah berdiri di provinsi Yogyakarta. Bisa dihitung dari institusi pendidikan diatas bisa menampung berapa puluh ribu mahasiswa.
Setiap tahun puluhan ribu mahasiswa berdatangan ke Yogyakarta untuk menempuh pendidikan sesuai dengan kampus yang dicita-citakan semenjak di bangku sekolah menengah keatas. Kedatangan mahasiswa luar jogja mempunyai efek bagi masyarakat di sekitar kampus , ada efek positif dan negative. Efek positif bisa meningkatkan perekonomian warga sekitar kampus dengan mendirikan kos, rumah makan, laundry, toko kelontong dan macam macam lagi. Bagi warga sekitar kampus pasti bisa merasakan peningkatan ekonomi yang sangat drastic dari berdirinya kampus. Di sisi lain dengan banyaknya mahasiswa dari luar provinsi Yogyakarta yang kos atau  kontrak menimbulkan percampuran antar berbagai budaya di jogja .
Budaya masyarakat jogja di sekitar kampus yang dulunya masih lekat dengan sopan santun menjaga adat istiadat mulai hilang dan tergerus dengan budaya anak kos seperti  mahasiswi bisa pulang ke kos sampai dini hari, mahasiswa bisa berkunjung ke kos mahasiswi dengan bebas ataupun sebaliknya. Budaya pacaran yang melebihi batas sudah menjadi hal biasa bagi mahasiswa . Image Jogja yang santun mulai hilang apalagi di daerah Sleman kota. Budaya anak kos terbentuk Karena mahasiswa merasa bebas diluar jangkauan orang tua jadi mereka ingin mencoba hal yang baru.
Hal ini membuat orang tua yang akan menyekolahkan di jogja berfikir dua kali apalagi kalau tidak ada saudara yang ada di jogja. Bahkan sampai ada orang tua yang mendampingi anaknya untuk mendaftar kuliah sampai dengan mencari kos yang aman dan bisa diawasi untuk anaknya agar anaknya bisa terhindar dari pergaulan yang tidak baik. Meskipun begitu tidak semua mahasiswa yang ada di jogja bisa terpengaruh dengan budaya anak kos yang bebas. Masih banyak mahasiswa yang bisa menjaga amanah dari orang tuanya untuk menuntut ilmu di kota jogja dan lulus dengan tepat waktu.
Banyak alasan calon mahasiswa tertarik untuk kuliah di jogja, dari alasan klasik bahwa kota jogja suasana nyaman, penduduknya ramah tamah ataupun Karena biaya hidup yang rendah. Saya sendiri sebagai warga jogja juga bingung kenapa sangat banyak mahasiswa yang tertarik untuk kuliah di jogja yang kecil padahal masih banyak kota besar selain jogja yang lebih maju.

0 komentar:

Posting Komentar